Review book : Ayahku, Harimauku

Sebuah buku berjudul Ayahku, Harimauku cukup menarik tanganku untuk membuka dan melihat lebih dalam isi buku tersebut. Pertama aku melihat buku ini di rumah Arji (cowokku) dan ternyata milik salah satu kakak perempuannya (K’Eni). Langsung aja aku baca sekilas buku itu dan langsung berniat untuk meminjamnya (sebenarnya ada dua buku yang aku pinjam, tapi yang satu lagi aku blom selesai membacanya jadi blom bisa ditulis reviewnya, hehe..).

Sebuah buku karangan Dra.V.Dwiyani beisi kumpulan cerita keluarga yang ditulis oleh anak dalam mendeskripsikan keluarganya. Jadi mengungkapkan bagaimana kesan seorang anak terhadap ayah, ibu serta keluarganya serta bagaimana ia diperlakukan dan disayangi.

ayahku-harimauku1

Mungkin buku ini dikhususkan untuk para orang tua sehingga bisa mengerti perasaan sang anak selama ini, sehingga bisa merubah cara mendidiknya. Banyak sekali judul-judul cerita yang cukup aneh misalnya Gunung Berapi dan Angin (apakah ayah bagai Gunung Berapi dan ibu bagi Angin??), Binatang Liar yang Terbuang (cerita anak yang terbuag atau apa ni??), serta Berantemlah Terus Ular-ularku (siapa di sini yang dianggap bagai ular-ular??) dan masih banyak lagi. Judul-judul tersebut cukup membuat aku penasaran.

Akan aku ambil salah satu cerita dari buku tersebut yaitu Monyetpun…Berisi tentang depresi seorang anak yang memiliki ayah yang kikir dan ibu yang cuek. Sebut saja Hari (bukan nama sebenarnya) seorang siswa SMU yang cukup berada, ayahnya adalah seorang kontraktor dan ibunya adalah seorang pegawai negeri sipil yang tinggal di luar kota, jadi hanya berkunjung seminggu sekali untuk pulang ke rumah. Sebagai seorang anak dari keluarga yang cukup mampu seharusnya Hari bisa tidak merasa kekurangan. Tetapi keadaan malah sebaliknya, ia berangkat ke sekolah menggunakan sepeda motor butut peninggalan ayahnya dulu waktu masih muda yang sudah sering sekali mogok sehingga dia sering terlambat sampai sekolah.

Hari sudah sering meminta kepada ayahnya untuk mengganti motornya dengan motor yang baru atau diberi mobil (karena ayahnya memiliki 4 mobil yang tidak boleh disentuh sedikitpun) atau diberi ongkos lebih untuk menggunakan angkot. Tetapi ayahnya tidak pernah mau memberi uang jajan lebih untuk naik angkot (karena butuh 4 kali naik angkot untuk pulang pergi sekolah) ataupun mengganti motor bututnya itu. Ayahnya beralasan bahwa tidak akan menambah uang jajan (kalau ingin naik angkot) atau menyuruh selalu merawat motor bututnya itu agar tidak mogok lagi. Oh ya, Hari in memiliki 2 orang kakak perempuan yang sedang kuliah dan kerja sambilan. Kedua kakaknya Dea dan Sarah (bukan nama sebenarnya) juga sudah tidak diberi uang lagi semenjak mulai kuliah karena ayahnya selalu berprinsip “Di negeri barat sana, anak berumur 15 tahun sudah dapat hidup mandiri dan menghidupi dirinya sendiri”. Sedangkan ibunya tidak pernah memberikan uang kecuali diminta dan itupun sedikit sekali.

Suatu ketika Hari dipanggil oleh guru BP karena Hari sering terlambat tapi tetap saja orang tuanya cuek. Sampai akhirnya Hari tidak tahan lagi dia meminum sebuah botol berisi sebuah minuman yang diberikan oleh temannya yang mengatakan bahwa dengan minum itu Hari bisa berani bicara dan mengungkapkan isi hatinya kepada ayahnya. Dan sesaat setelah Hari meminum minuman (yang ternyata adalah alkohol) itu dia langsung bicara dan mengungkapkan segala unek-unek hatinya kepada ayah dan ibunya,ia marah-marah denagan segala tindakan ayah dan ibunya yang tidak pernah peduli dan memerhatikannya. Hanya satu balasan ayahnya yaitu menamparnya sambil berteriak “Tidak tau diri!”. Hari terjatuh dan kepalanga membentur guci heingga pecah dan dia tidak sadarkan diri.

Sampai di rumah sakit dokter mengatakan bahwa Hari mengalami penyakit fisik dan psikis sehingga disarankan untuk memanggil psikolog. Dan inilah percakapan yang terjadi di rumah sakit:

Ayah: “Uang lagi, uang lagi, jadi kita harus keluarkan uang lagi untuk anak brengsek ini?”
Kak Dea :”Tapi itu kan untuk kebaikan Hari juga, kasihan kan dia Pi”
Kak Sarah : “Kalau Papi keberatan, biar nanti kita patungan, Papi, Mami, aku, dan Dea juga, bagaimana?”
Hari : “Gini aja Kak, masukkan aku ke rumah sakit jiwa, minta surat keterangan tidak mampu dari aparat desa biar gratis. Biarkan aku di sana dan nggak usah dibawa pulang!”
Kak Sarah: “Kamu istirahat dulu Har, jangan pikirkan yang berat-berat, kami saying kok sama kamu. Kalau nanti Papi dan Mami nggak mau keluarkan uang biar tabunganku saja yang dipakai buat nyembuhin kamu.”
Kak Dea : “Iya, nanti aku juga Bantu koq!”
Hari : “Sudahlah kak, kalian juga butuh uang untu khidup kakak berdua, nggak usah pikirkan aku. Aku pasti sembuh sendiri kok!”

Begitulah yang terjadi di rumah sakit, Hari hanya bisa menahan tangisannya dan mengatakan “Monyetpun, yang terkenal sebagai binatang rakus dan pelit, tetap mau berbagi untuk anak-anaknya.”

Aku sendiri sebagai seorang anak (yang juga kelak akan menjadi orang tua) sangat bersyukur dapat hidup di tengah-tengah keluarga yang harmonis dan sangat menyayangiku. Satu pelajaran yang aku bisa petik dari cerita Monyetpun.. adalah untuk selalu menjaga komunikasi dengan keluarga sehingga semua anggota keluarga bisa mengerti sifat masing-masing dan mengerti apa yang masing-masing inginkan. Sebagai orang tua juga jangan menutup diri dari segala pendapat anak dan jangan samakan kehidupan sewaktu dulu dengan kehidupan jaman sekarang walaupun sebenarnya maksud orang tua adalah untuk mendidik anaknya.

Thanks to K’Eni yang udah meminjamkan buku ini. Lain kali aku pinjam lagi yah buku-bukunya. Hehe..

7 thoughts on “Review book : Ayahku, Harimauku

  1. arji says:

    setelah tgl 6-8 ada lagi kapan put?
    i think she cant attend it..she’s go borneo today..
    may you know next ESQ schedule…
    makasih ya..

  2. Wirawan Winarto says:

    “Sebagai orang tua juga jangan menutup diri dari segala pendapat anak dan jangan samakan kehidupan sewaktu dulu dengan kehidupan jaman sekarang walaupun sebenarnya maksud orang tua adalah untuk mendidik anaknya.”

    mereka dulu juga pernah muda katanya BCL 😛

  3. bocahbancar says:

    Wah kesan pertama..

    BLOG ini belum diupdate(kemaren Anda berkunjung ke BLOG saya Mbak)…

    Mm…sayang sekali ya buku itu saya tidak pernah tahu dan tentu saja belum pernah baca…

    memang sich saya tidak begitu paham mengenai karya sastra fiksi..

    Salam hangat Bocahbancar……

Leave a comment